Senin, 15 Juni 2009

KEMBANGKAN RASELLA UNTUK TINGKATKAN PENDAPATAN

Pertanian padi ternyata kurang sesuai untuk diterapkan di Majatra, Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin. Sistem irigasi di Majatra telah banyak yang rusak dan sulit diperbaiki. Sedangkan, tingkat keasaman tanah cukup tinggi sehingga tak cocok untuk tanaman padi. Karena itu, BINA VITALIS dan petani dampingannya mulai mengembangkan budidaya rosella (Hibiscus sabdariffa) yang dirasa potensial untuk mendatangkan keuntungan.
Sebelum itu, pada 2001-2005, Yayasan BINA VITALIS bersama dengan CRS/www.crs.org (Catholic Relief Services) dan petani di Majatra mengadakan program PRA/ http://en.wikipedia.org/wiki/Participatory_rural_appraisal (Participatory Rural Appraisal) untuk membangun pertanian padi yang berkelanjutan di Majatra.
Menurut Hargo Pramudya, Direktur BINA VITALIS, selama ini petani di Majatra mengandalkan padi sebagai sumber pendapatan, menjadi buruh, atau tukang becak di kota untuk memperoleh pendapatan tambahan.
“Awalnya kami melihat di halaman petani tumbuh rosella. Petani menggunakannya untuk hiasan dan bumbu,” kata Hargo. Selama ini, rosella memang banyak dimanfaatkan sebagai teh herbal yang berkhasiat untuk kesehatan. Setelah mengetahui rosella memiliki banyak manfaat maka BINA VITALIS dan beberapa petani dampingannya mulai membudidayakan rosella. “Beberapa petani mulai mencoba. Sebulan sekali kami ambil dan olah serta dikeringkan,” ujarnya.
Ternyata membudidayakan rosella di Majatra lebih mudah dibandingkan membudidayakan padi. “Lebih mudah perawatannya, hama relatif lebih kecil, jadi kami coba galakkan penanaman dan kami coba pasarkan,” lanjut Hargo.
Jumlah rosella yang dihasilkan para petani rata-rata mencapai 25-30 kilogram per bulan. Meski begitu, menurut Hargo, saat musim kemarau jumlah panen berkurang menjadi rata-rata 20 kilogram per bulan. “Tapi untuk sekarang kami masih menampung kurang lebih 200 kilogram rosella yang siap olah,” ujar Hargo.
Rosella yang telah diolah kemudian dikemas dalam kantong-kantong plastik bersablon dan dipasarkan ke Palembang, Manado, dan Ternate. Satu kemasan beratnya kurang lebih 20 gram dan dijual dengan harga Rp 5 ribu. Dengan adanya minat masyarakat terhadap rosella, petani di Majatra dapat memperoleh pendapat tambahan.
Saat dihubungi terpisah, Lucky Yoseph, Ketua Yayasan BINA VITALIS mengatakan bahwa pernah ada tawaran untuk mengekspor produk ini ke Malaysia. “Ternyata warna dan tingkat pengeringan kita lebih bagus. Kalau di Malaysia yang diolah bijinya. Setelah dibandingkan, produk rosella yang di Majatra rasanya lebih baik, ada rasa asamnya,” ujar Lucky.
Namun, karena tak bisa memenuhi permintaan untuk mengekspor rosella sebanyak 1 ton per bulan, tawaran ini pun terpaksa ditolak. “Kami belum bisa penuhi karena belum ada dana (modal). Dan, untuk menanam rosella masyarakat minta kepastian (akan dibeli),” lanjut Lucky.
Kendala PengembanganMeski berpotensi menguntungkan, beberapa kendala masih menghalangi pengembangan bisnis rosella di Majatra. Sampai sekarang, cara pengolahan rosella yang dihasilkan oleh petani di Majatra masih sangat sederhana. “Produk dikeringkan kemudian dirajang.” ujar Lucky.
Agar rosella yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik, proses pengeringan harus dilakukan secara cermat. “Kalau terlalu lama dikeringkan atau dirajang bisa jadi gosong. Sedangkan kalau terlalu lembab bisa timbul jamur. Karena itu kami butuh alat pengering,” kata Lucky.
Sampai saat ini, Hargo menerangkan bahwa jumlah petani yang menjalankan budidaya rosella baru berjumlah kurang lebih 70 petani. “Belum semua tertarik ikut karena gak yakin akan ada yang beli dan pengolahannya dipandang njlimet,” kata Hargo.
Selain itu, lokasi Majatra yang jauh dan sulit untuk ditempuh juga menjadi kendala. Dari kantor BINA VITALIS menuju desa Majatra bisa memakan waktu sampai lima jam. “Apalagi kalau musim hujan, bisa bermalam di jalan,” ujar Hargo.
Kendala lainnya adalah pemasaran. Selama ini rosella hasil budidaya petani Majatra masih dipasarkan dalam kemasan plastik yang disablon. Karena itu, Hargo berharap dapat menjalin kerjasama dengan lembaga lain yang bersedia memberikan pengetahuan tentang pemasaran. “Kami ingin belajar lagi pemasaran yang sungguh bisa menyerap hasil produksi. Kami ingin belajar melakukan promosi dan membuat kemasan yang menarik yang bisa membuat konsumen ingin membeli produk kami,” kata Hargo.
Padahal jangka waktu tanam sampai panen untuk rosella terbilang cepat. Setelah tanam, empat sampai enam bulan kemudian sudah bisa dipanen.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

semoga sukses. Numpang naruh halaman ya.. www.rosellamerah.wordpress.com